Latar Belakang

Di Indonesia, terdapat sekitar 11 juta penyandang tunarungu yang menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di bidang pekerjaan. Data menunjukkan bahwa 76% dari mereka belum mendapatkan pekerjaan, yang mencerminkan kurangnya kesempatan dan akses terhadap lapangan kerja yang layak. Dari 24% penyandang tunarungu yang bekerja, sebagian besar terlibat dalam pekerjaan informal seperti buruh serabutan. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak penyandang tunarungu yang belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka.

Keterbatasan dalam akses informasi dan komunikasi menjadi salah satu faktor utama yang menghambat mereka dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak penyandang tunarungu yang hanya dapat berkomunikasi melalui bahasa isyarat, yang tidak semua orang mampu pahami. Selain itu, stigma dan persepsi negatif dari masyarakat juga turut memperburuk keadaan ini, membuat penyandang tunarungu sering kali merasa terpinggirkan dan tidak dihargai.